Grosir Baju Murah
 
 
Picture
Di saat pakaian batik makin dikenal dan diterima masyarakat nasional, bahkan internasional, sejumlah kendala justru ditemui para pengusaha batik di Solo, Jawa Tengah. Satu di antaranya soal harga bahan baku yang melonjak tajam. Di sisi lain, pembatik Solo tidak dapat seenaknya menaikkan harga jual produk karena khawatir tidak laku terjual. Kenaikan ongkos produksi kain batik di Solo, dipicu kenaikan harga kain beberapa waktu terakhir. Tak tanggung-tanggung harga kain mengalami kenaikan rata-rata sebesar Rp500 per meter.

Menurut Gunawan Setiawan, pengusaha batik Solo, kenaikan harga dipicu kenaikan ekstrem harga kapas dunia yang disebabkan oleh kondisi cuaca yang sangat tidak menentu. Kegagalan panen kapas di sejumlah negara pemasok kapas berkualitas seperti Pakistan, Amerika Serikat dan Australia, membuat pasokan kapas dunia menjadi turun drastis.

Harga kapas di pasar internasional saat ini mencapai 112 sen dolar per libs. Padahal saat kondisi normal, harganya hanya 85 sen dolar per libs. Kondisi itu berdampak langsung kepada kenaikan ongkos produksi kain, termasuk kain batik yang diproduksi di Solo. Gunawan mengatakan kenaikan ongkos produksi berkisar antara 10 hingga 20 persen.

Atas kondisi tersebut, Gunawan dan pengusaha tekstil berharap pemerintah segera berinisiatif dan mengambil tindakan cepat, sehingga pasokan kapas sebagai bahan baku kain dapat teratasi. Dengan begitu ongkos produksi kembali bisa ditekan, dan usaha batik Solo bisa berkembang.

Cuaca buruk yang melanda kawasan global langsung memukul industri pertekstilan. Negara-negara penghasil kapas, bahan baku tekstil, mengalami bencana bertubi-tubi akibat badai. Dampaknya, harga kapas saat ini memasuki harga paling ekstrem.

Senada dengan Gunawan, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jateng, Djoko Santoso mengatakan sepanjang tahun 2010 pengusaha pertekstilan nyaris tak pernah sepi dari goncangan. Jika pada paruh pertama 2010 harus bertahan dari dampak harga minyak dunia yang tidak menentu, pada paruh keduanya harus menghadapi situasi buruk akibat kenaikan harga bahan baku tersebut.

Negara-negara penghasil utama kapas kualitas bermutu seperti China dan Pakistan saat ini sedang dirundung berbagai bencana terutama banjir bandang akibat anomali cuaca global. Situasi itu langsung berdampak pada perdagangan kapas dunia. China dan Pakistan selama ini memang dikenal penghasil kapas terbaik dunia, selain Amerika Serikat dan Kanada.

"Saat ini terjadi kenaikan yang paling ekstrem dalam sepanjang sejarah perdagangan kapas dunia. Semula harga kapas berkisar 85 hingga 90 sen per libs, saat ini harga kapas telah memasuki angka 112 sen per libs. Harga tersebut masih mungkin mengalami kenaikan lagi," ujar Djoko Santoso kepada wartawan, Selasa (12/10/2010).

Kenaikan harga kapas akhirnya berdampak pula pada kenaikan harga tekstil dan produk tekstil. Rata-rata kenaikan sekitar 10 hingga 20 persen. Harga benang juga naik dari Rp 6,2 juta per bale, menjadi Rp 6,9 juta per bale. Demikian juga harga kain mengalami kenaikan kain.

"Ini situasi amat berat bagi pengusaha tekstil. Pengusaha tidak bisa melakukan apa-apa karena ini persoalan alam. Yang bisa dilakukan hanya mengambil langkah slow down dan menekan keuntungan bahkan hingga pada angka nol untuk tetap bertahan. Tapi kami hanya berharap jangan sampai ada penutupan perusahaan," ujar Djoko yang juga Direktur PT Danliris, Solo, tersebut.

sumber : metronews dan detik




Leave a Reply.


 
Grosir Baju Murah